Jadi, gue ini tipenya introvert, introvert to the max pas gue masih TK. Gue di situ beneran ga mau kesentuh sama orang yang ga gue kenal atau akrab. Gue takut sama manusia. Itu kalimat yang bisa menjelaskan kehidupan gue saat itu. Kecuali sama keluarga gue pastinya.
Tapi lama kelamaan sifat gue yang takut manusia itu sedikit demi sedikit berubah dan di sekitar SMA dan kuliah, kemampuan bersosialisasi gue berada pada puncaknya (maybe, dibanding sekarang). Gue sangat sering menghubungi temen-temen gue (lagi-lagi dibandingkan sekarang) dan gue aktif di medsos. Apalagi di grup chat. Gue seperti parasit nempel-nempel terus.
Makin lama semenjak lulus, barulah muncul siklus, best friend become stranger. Kalau dalam kasus gue diturunin kastanya jadi: dari akrab jadi biasa aja (best friend itu apa)
Semua sibuk sama kerjaan masing-masing, sama keluarga, sama pacar, sama semua. Lama kelamaan kalau jarang berhubungan dan ketemuan kan jadinya ya... stranger :D
Dan ya itu juga terjadi di hidup gue. Tapi lebih parahnya gue sebetulnya yang menutup diri untuk ga dihubungi lagi. Gue pernah jatoh dan bikin kaki gue terkilir dan butuh sekitar 3 bulan sampe kaki gue ga sesakit waktu itu (seriously itu juga belom sembuh banget).
Di saat 3 bulan itu, gue mau berlaku apa? Saat itu pun gue masih pengangguran pasca keluar dari kantor lama dan gue semacam, mengurung diri gue sendiri aja. Gue tau yang lain kan punya kerjaan, jadi gue ga usahlah ganggu-ganggu mereka. Itu pikir gue sambil berusaha cari kerja juga (antara kebohongan sama kenyataan beda tipis juga ya). Tapi 3 bulan itu memang gue ga mengkontak temen-temen gue di kantor lama. Dan pas mereka menghubungi gue, gue semacam memilih untuk tidak meladeni.
Ada 1 orang yang sering banget hubungin gue di situ, dia ngajak ketemuan banget, sampe akhirnya udah di hari H kita akhirnya ga ketemu juga karena kondisi. Selepas itu gue udah hilang niat dan beneran ga bales chat atau apa pun dari orang itu (mau nulis temen tapi apa masih pantes disebut itu?)
Saat dia berhenti menghubungi gue, gue semacam, finally! gue lega, gue senang, yah anggep aja gue ansos, terserah, tapi kondisi gue saat itu membuat gue ga pengen buat ketemu siapa pun. Alesannya gue simpen sendiri sampe gue mati so don't try to ask why :)
Gue bukan berakhir dengan ga punya temen lagi. Walau tingkat niat untuk bersosialisasi gue udah jauh menurun dari sejak lulus kuliah. Gue masih punya temen, yaitu temen pas kuliah, dan herannya saat itu, dia sering menghubungi gue untuk mengobrol berjam-jam, 2-3 jam dalam sehari. Dan itu dilakukan bisa sampe 2 bahkan 3 kali dalam seminggu. Lu tau apa itu rasanya? Bagi gue rasanya kayak dikutuk IMHO. Berbicara panjang lebar buat gue bisa aja gue lakuin, tapi tergantung topiknya. Kalau lu mau bicara anime sama gue (yang gue suka) ya you're welcome, sini gue jabanin. Atau ngomongin arashi, atau disney, silakan! Tapi yang diobrolin sama temen gue bener-bener jauh dari apa yang gue harapkan. Dia curhat! Dan gue harus berusaha mencari jawaban apa yang tepat untuk pertanyaan-pertanyaan dia dan itu membuat otak gue capek 2x lipat dari biasanya yang udah selalu capek tanpa ada apa-apa juga.
Dan hal semacam itu, diajak ngobrol lama-lama, sering terjadi di kehidupan gue, dengan berbeda kondisi, orang, dan tempat. Tapi yang gue rasakan tetep sama. Please, jangan ajak gue ngobrol lama-lama dengan topik yang membosankan apalagi tentang manusia di hidup lu yang bahkan gue ga kenal dia siapa.
Ke-agih-agih-kungkang-an gue-lah yang memaksa gue untuk meladeni mereka, karena gue merasa ga enak hati kalau diajak ngomong tapi ga dibales (pengalaman ya bu)
Dan bicara tentang temen kantor gue yang lama, masih ada aja lho yang mencoba menghubungi gue, padahal gue mah siapa. Kenapa lu masih mencoba menemukan gue? Dan beberapa dari mereka masih mencoba add friend di medsos gue. Gue makin ga ngerti lagi.
Ini jujur bukan sok-sokan pamer berasa anak populer. Percayalah gue jauh dari itu, gue anak yang lebih memilih berteman dengan tanaman, anjing, dan PC daripada harus keluar dan menghabiskan waktu di luar bersama segerombolan temen kuliah slash kantor slash sekolah. Tapi kenapa masih ada aja yang mau temenan sama gue.
Gue bukan menolak buat berteman, tapi di satu sisi juga gue cukup lelah menghadapi obrolan mereka yang sebagian besar tidak pernah menarik buat gue :") Meibi gue harus tetep bertahan sampe mereka punya temen lain yang lebih baik dan melupakan gue. Ya, gue lebih berharap itu.
Gue bukan menolak buat berteman, tapi di satu sisi juga gue cukup lelah menghadapi obrolan mereka yang sebagian besar tidak pernah menarik buat gue :") Meibi gue harus tetep bertahan sampe mereka punya temen lain yang lebih baik dan melupakan gue. Ya, gue lebih berharap itu.
Saking seringnya gue semacam dihantui orang-orang (yang most of them adalah extrovert) macam itu, temen gue (temen yang mane lagi deb wkwkw) ampe bilang,
"Itu adalah gift (berkat) buat lu deb, walau lu menganggapnya sebagai cursed (kutukan). Tapi itu juga berarti lu orang yang menyenangkan buat diajak ngobrol. Jadi walau mereka punya temen yang lain, mereka memilih untuk mengobrol dengan lu :)"
Maka dari itu gue menyebutnya kutukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar